Peresean dan Adu Ketangkasan di Lombok



JUWITOUR DESA, Juwitour...!!! Tradisi Lombok yang bisa dikatakan tidak ada di daerah lain adalah perisaian atau peresean. Di Berugak Desa Blog diberitakan, dalam rangka memperingati 66 tahun kemerdekaan RI, Panitia Peringatan Kemerdekaan tingkat desa Kopang Rembiga mengadakan berbagai lomba dan pertandingan yang dimulai dari tanggal 15 Juli sampai dengan 28 Juli 2011.

"Itulah salah satu dari bentuk kapan perisaian ini diadakan. Acara ini dimulai lebih awal karena 17 agustus tahun ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan, dimana umat islam seluruh dunia menjalankan ibadah Puasa, ulas admin.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan di halaman Kantor Desa Kopang Rembiga adalah kegiatan adu ketangkasan perisaian.

Perisaian merupakan salah satu  dari beberapa kebudayaan suku sasak yang mendiami pulau lombok, perisaian sendiri berasal dari kata perisai yang merupakan salah satu alat yang dipergunakan dalam adu ketangkasan ini dan dalam bahasa sasak nya dinamakan éndé.

Dulu adu ketangkasan ini lebih dikenal dengan sebutan Beladukkan, karena dalam bahasa sasak beladukan artinya saling pukul, dan ada juga dibeberapa daerah menyebutnya Presean (kata dasar Press = hadiah / sasak), namun dengan berkembangnya jaman dan penapsiran pendekatan bahasa presean di namakan perisaian.

Menurut tetua kita (sasak) budaya ini biasanya diadakan setiap habis panen untuk merayakan keberhasilan para petani setelah sekian lama menggarap lahan pertaniannya, dan biasanya di adakan di tengah sawah, dan kadang bila musim kemarau panjang.

Masih dari Artikel dengan sumber yang sama. Adu ketangkasan ini diadakan sebagai media meminta hujan kepada sang pencipta, karena menurut kepercayaan suku sasak pada waktu itu, semakin banyak darah yang ditumpahkan akibat dari salah satu pepadu (sebutan untuk pemain perisaian) bocor (mengeluarkan darah dari kepala akibat kena ujung penyalin / rotan) maka makin deras hujan yang akan turun.

Dengan makin majunya pendidikan dan makin berkembangnya pariwisata, kebudayaan ini semakin sering dilaksanakan tanpa mengenal musin dan tempat, sehinga sering kita saksikan pada acara-acara penting yang bersekala daerah, nasional maupun internasional.

Mari kita lestarikan budaya kita, jangan sampai anak cucu kita kelak hanya dengar cerita dari orang lain.

Oke, salam Juwitour, sahabat.