Tuan Guru Umar Kelayu, Mas Merah

JUWITOUR ULAMA : Mas Merah adalah istilah Juwitour BLOG yang berarti "Mari Mengenang Sejarah". Tulisan ini dikutip dari berbagai sumber. Ketika search di Google, banyak sekali yang membahas terkait TGH.Umar Kelayu.

Gaya bahasa (penulis) pertama yang menyusun tulisan-tulisan ini tidak kami ketahui, karena sangat beragam.

Ada alur bahasa yang kami edit tapi tidak merubah  maksud aslinya, dan yang jelas lebih banyak copy edit(paste). Semoga diikhlaskan untuk mengenang sejarah Tuan Guru. 

Tapi untuk para pembaca maka susunannya kami ubah se-elok mungkin dan kami mohon maaf untuk penulis dan peneliti pertama. Semoga dimaklumi demi informasi dan inspirasi bermanfaat, yang harus terus kita kembangkan. Selamat Membaca.
 

Tuan Guru Umar dan Trah

Tuan Guru Haji Umar lahir sekitar tahun 1208 H. (1789 M) dari pasangan Kyai Retane alias Syekh Abdullah dan Hajjah Siti Aminah. di desa Kelayu kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur NTB Tuan Guru Haji Umar Kelayu disebut sebagai Tuan Guru yang melahirkan banyak Tuan Guru.

Dari berbagai sumber disebutkan, dari segi sosial - keagamaan leluhur TGH. Umar dikenal taat menjalankan syari’at agama Islam. Mereka tergolong bergaris keturunan darah biru kerajaan Selaparang, yang berasal dari keturunan Penghulu Agung kerajaan Selaparang yaitu Kyai Nurul Huda, ia mempunyai seorang putra yang bernama Kyai Ratane. Kyai Ratane mempunyai tujuh orang anak, salah satunya adalah  TGH. Umar Kelayu.

Baca Juga : Pendederan Ikan Gurame, 20 Hari - 6 Bulan, Masa Iya Sih?
Kyai Nurul Huda dikenal juga dengan Datuk Uda, adalah kakek dari TGH Umar Kelayu yang merupakan putra dari Penghulu Agung Kerajaan Selaparang.  Sedang Ayah dari TGH Umar adalah Kyai Ratane yang kemudian juga diangkat sebagai Qadi di Kerajaan Selaparang.

Pengangkatan tersebut berdasarkan sejarah, karena berdasarkan tradisi kerajaan Selaparang Islam, jika raja mempunyai beberapa orang putra maka yang sulung di angkat menjadi penghulu Agung (Qodi) dan yang bungsu diangkat menjadi raja.

Tuan Guru Umar dalam Kanduangan Bunda

Menurut riwayat, sewaktu TGH. Umar masih dalam kandungan, pada tanggal 27 Ramadhan 1207 H. ketika ibundanya mengambil air wudlu’ untuk persiapan sholat Subuh menjelang fajar tiba, ia melihat cahaya yang amat menakjubkan di sekitar lumbung di halaman rumahnya.

Setelah selesai berwudlu’ ia naik ke gelamparan lumbung dan melihat seluruh benda-benda di sekelilingnya bersama-sama merunduk, seolah-olah sedang bersujud menyembah Allah SWT.” Masya Allah! Apa yang terjadi?”  pikirnya.

Sejenak beliau tertegun dan mengingat cerita-cerita leluhurnya yang sering didengarnya semenjak kecil, bahwa salah satu pertanda malam Lailatul Qadr adalah adanya pandangan menakjubkan yang hanya dilihat oleh orang yang dikehendaki Allah SWT.

Seketika itu pula ia teringat pada anak yang dikandungnya yang baru berusia beberapa bulan, dan seraya ia berdo’a:  “Ya Allah, ku mohon kepada-Mu, berikanlah karunia-Mu berupa iman yang kuat kepada anak yang kukandung ini agar ia istiqomah dalam kabajikan untuk mengabdi kepada-Mu ”.

Beberapa bulan kemudian lahirlah seorang bayi laki-laki dan diberi nama Umar. Ibunda yang melahirkan beliau wafat di Kota Makkah pada malam Jum’at tanggal 7 Dzulqaidah 1317 H. TGH Umar bersaudara kandung sebanyak tujuh orang, tiga laki-laki dan empat perempuan.