- a. Pembekel , sebagai penanggung jawab utama dan sebagai pemimpin formal dan juga sekaligus berfungsi sebagi pemimpin adat
- b. Pande , Selaku penaggung jawa dan penyedia alat-alat pertanian,senjata sebagai kelengkapan dalam berperang dan juga alat-alat kelengkapan rumah tangga dan sebagainya .
- c. Kyai/ Penghulu Desa , selaku penaggng jawab dalam pembinaan mental spiritual masyarakat desa , dalam melaksanakan tugas dan fungsinya kyai/pengulu desa di bantu ole kyai gubuk yang ada dan di bentuk pada masing – masing kampun ( gubuk )
- d. Pemangku, selaku penaggung jawab dalam melaksanakan adat istiadat dan pembinaan kemasyarakatan juga berfungsi untuk :
– Berfungs sebagai pembangar melakukan ( pemangaran ) pada saat menempati tempat pemukiman / lahan garapan yang baru seperti pembukaan lahan ( asak ; memunik ) ,pembuatan rumah,dan sebagainya.
– Memka pntu masuk di wilayah pengawasan spiritual, artnya kalu kita ingin memasuki ke kawasan gunung Rinjani maka yang akan melakukan pemangaran / membuka pintinya adalah pemangku guung rnjani dan sebagainya.
Pemangku merupakan jabatan yang di pegang secara turun temurun dengan wilayah kepemangkuan berdasarkan daerah pengaasanya ang sudah tetap seperti
- 1. Pemangku Gunung Rinjani.
- 2. Pemangku Majapahit.
- 3. Pemangku Desa .
- 4. Pemangku Rante Mas .
- 5. Pemangku Makam .
- 6. Pemangku Patra Guru .
- 7. Pemangku Reban / Timba gading.
Sebagaimana di maklumi desa sembalun merupakan daerah perbukitan, sekelilingnya terdapat gunung – gunung yang mengitarinya bagaikan tembok raksasa yang membentuk sebuah danau jika kita memandang sembalun dari atas gunung itu , maka takubahnya kita melihat sebuah danau yang mengering , adapun nama gunung-gunung yang mengelilingi sembalun adalah :
- 1. Gunung Pergasingan.
- 2. Gunung Anak Dara .
- 3. Gunung Selong .
- 4. Gunung Telaga .
- 5 Gunung Bao .
1. Gunung Pergasingan
Gunung pergasingan ( 1793 mdpl ) merupakan gunung yang berada di sebelah utara desa sembalun lawang , pergasinga berasal dari asal kata Gasing , merupakan sebuah benda permaiian tradisional yang di putar dengan mengunakan tali di sebut ( sembalun: Alit ), kana di yakini oleh masyrakat sembalun bahwa pada zaman dahululu tokoh – took trkenal pada masa itu , suka berlomba main gasing di puncak gunung yang datar ini , kegiatan ii rutin mereka lakukan sebagai ajang olahraga dan adau kepintran main gasing di antara mereka.
Dalam bermaingasing berdasarkan awiq-awiq yang berlaku di tempat itu ada beberapa ketentuan yang harus di patuhi di antaranya adalah:
1. Apabila gasing yang d pergunakan terlempar kearah selatan , maka langsung dia dinyatakan kalah , karna gasingnya kan meluncur menuruni tebing , tapi walaupn ia terlempar kea rah selatan bagi yang memiliki kesaktian maka dia akan mampu mengembalikannya kea rah utara,
2. Bagi siapa saja yang sudah dinyatakan kalah maka dengan sendirinya dia harus patuh pada perintah yang menang , oleh karna itu untuk mengabadikan tempat permainan begasing ii di beri nama Gunung Pergasigan, oleh masyarakat sembalun sering di sebut dengan nama Gunung Atas Lauq .
2. Gunung Anak Dara
Gunung Anak Dara ( 1921 mdpl ) , merupakan gunung yang berada di sebelah timur Desa Sembalun Lawang , menurut sejarahnya serta menurut informasi yang beredar di tengah – tengah masyrakata bahwa gunung ini di sebut Gunung Anak Dara disebabkan oleh karna menurut keyakinan orang sembalun gunung ini tetap di pelihara oleh dua orang dara cantk , kemungkinan yang di maksud adalah dua putri muda yang cantik – cantik , dalam kepercayan leluhur ia termasuk sebangsa jin yan di sebut “ peri :”3. Gunung Selong
Gunung Selong ( 1395 mdpl ) merupakan gunung yang paling dekat dengan pemukiman penduduk sembalun lawang khususnya kampung tradisional Desa Bleq , gunung yang tidak begitu tinggi , gunung ini di sebut gnung selong karna menurut sejarah bahwa salah atu benda pusaka orang sembalun ( yakni jungkat atau tombak ) , pada mulanya muncul di gunung ini denga cara di tarik dan di cabut dengan keras .4. Gunung Telaga
Gunug telaga ( 1585 mdpl ) merupakan gunung yang letaknya dekat dengan permukiman penduduk , gunung ini di kelilngi oleh kebun – kebun milik penduduk sembalun lawang, menurut sejarahnya d kampng Dusu Tlaga dahulu kala setiap musim hjan terjadi banjir besar yang beasal dari gunung “ Aik Ilong “ dan semua air tersebut bermuara di satu tempat yang berbentuk lekukan yang seolah – olah menyerupai telaga besar.5. Gunung bao
Gunung Bao (1334 mdpl) merupakan gunung yang terletak pula di sebelah timur Desa Sembalun Lawang. Sekarag sebagian besar tempat telah menjadi kebun kopi milik masyarakat. Di sebut gunung bao karena gunung ini dipenuhi dengan beraneka ragam tetumbuhan dan berbagai macan pohon kayu. Karenanya lebatnya pepohonan ditempat itu, terasa suasananya menjadi “bao” (rindang/sejuk). Rindang dalam bahasa sasak sembalun sama dengan bao.Hal-hal yang perlu dikenali keberadannya
Rumah Adat
Rumah Adat yang ada di Sembalun, baik di sajang, Sembalaun Lawang maupun Sembalun Bumbung bentuk maupun bahan-bahan yang digunakan persis sama. Bahan yang dimaksud terbuat dari tumpukan tanah setinggi kurang lebih dua meter.Bahan bangunannya terdiri dari bamboo serta kayu-kayu, dengan beratapkan alang-alang. Menurut ketentuannya setiap Rumah Adat tersebut diharuskan menghadap utara-selatan sebagai perlambang kehidupan di dunia dan kehidpan di akherat kelak. Juga untuk mengingatkan arah menidurkan mayat dalam liang lahat.
Beberapa Ciri Khusus Rumah Adat
- a. Tangga pada setiap Rumah Adat berjumlah tujuh buah yang melambangkan jumlah hari dalam satu minggu dan menandakan rukun iman
- b. Jumlah kamar ada dua bagian yakni Bagian rumah inti dan Bale Dalem
- c. bagian inti rumah terdiri dari beberapa bagian yakni :
– bagian leq mudi (bagian belakang) atau ruang belakang berfungsi sebagai tempat tidur yang terdiri dari tiga buah yaitu :
- (1) dayan api (sebelah selatan tungku perapian),
- (2) lauq api (sebelah utara tungku perapian). Perapian bagi orang semabalun sangat perlu untuk mendapatkan rasa hangat dan atau menepis rasa dingin . mereka selalu membuat pengapian (perapian) disamping tempat tidur.
- (3) tindoan atas (tempat tidur yang agak tinggi) yang berada disebelah belakang perapian. Tindoan atas dipergunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan senjata tajam. Disamping kiri pintu masuk ada yang disebut Balen Maling, yang mempunyai dua fungsi yakni :
(2) sebagai tempat menaruh Gegada /tongkat/pentung kayu untuk membela diri sewaktu-waktu kalau ada gangguan
d. bale dalem berfungsi sebagai :
(1) Tempat menyimpan bahan-bahan makanan yang masih mentah berupa beras, buah pinang, dan kebutuhan makan lainnya.
(2) Sebagai tempat tidur anak gadis yang sudah mulai beranjak remaja (dedara). Dari tempat inilah si gadis menerima pemidangan tradisional yaitu menjalin hubungan antara muda mudi, dengan cara adat “BEJUJUQ”. Dalam bejujuq lelaki yang berada diluar rumah, menusukkkan/meamasukkan lidi lewat dinding bamboo (bedek rumah). Apabila lidi yang dimasukkan itu ditarik oleh si gadis, berarti kedatangannya, lamarannya/pinangannya diterima. Sebaliknya apabila lidi itu didorong (tidak ditarik) oleh sigadis, pertanda bahwa kedatangan atau lamaran/pinagannya ditolak
Berugaq
Berugak pada umumnya mesti terdapat pada masing-masing Desa, Berugaq Adat yang dimaksud adalah Berugaq Adat Desa dan keberadaannya dibuat secara turun temurun. Berugaq adat didua tempat yakni pertama di desa sembalun bumbung dan yang kedua Sembalun Lawang. Fungsi berugaq itu sesungguhnya sebagai Balai Adat.Di berugak inilah dulunya tempat para tetua-tetua Sembalun melaksanakan musyawarah (begundem) dalam rangka membahas berbagai persoalan seperti persoalan pemerintahan, persoalan pembangunan dan persoalan pembinaan kemasyarakatan serta dalam melaksanakan upacara-upacara tertentu dan kegiatan-kegiatan adat lainnya. Umumnya berugaq adat menggunakan enam buah tiang, karena itu di sebut ”berugaq sekenam”.
3. Bale Malang
bale malang merupakan tempat untuk meminta patuah dari para kyai. Bale malang ini sampai sekarang masih dipelihara dengan baik oleh keturunannya yang merupakan toaq turun, dari keturunan laki-laki (patrilinial)4. Langgar
Langgar adalah sebutan lain dari mesigit (mesjid) yang digunakan untuk sarana peribadatan. Selain itu dipergunakan pula sebagai tempat melaksanakan upacara-upacara keagamaan seperti pelaksanaan upacara adat Maulid Nabi Muhamad SAW, Lebaran dan juga sebagai tempat membuka Kitab-kitab pustaka yang ada. Bekas Langgar SembalunLawang adalah berdekatan denngan bale malang Semabalun Lawang yakni tepatnya di masjid Nurul Huda sekarang.5. WarisanBudaya“TenunTradisional”
Keahlian menenun, khususnya tenunan gedogan diperoleh secara turun temurun. Sampai saat ini penenun tradisional yang masih ada kurang lebih dua puluh orang. Penduduk lain yang bukan seketurunan penenuun belum memiliki keterampilan menenun.Bahkan begitu tradisionalnya, alat perlengkapan tenun yang dimiliki penenun sekarang semua diperoleh dari warisan peninggalan leluhur mereka. Ini mengmbarkan bahwa peralatan tenun mereka telah berumur ratusan tahun, sedangkan generasi baru sekarang belum tampak trampil membuat alat tenun dengan kualitas bahan kayu yang dapat berumur ratusan tahun. Kedua puluh orang penenun yang semuanya kaum perempuan, selain memproduksi tenunan kain panjang dan selendang dengan motif tradisional berupa sulur dan kotak-kotak (yang umumnya disebut ”tapo kemalo dan ragi nenep”.
Sampai saat ini sudah dapat menenun motif yang dimodifikasi berupa motif pucuk rebung (rebun bambu), juga motif kotak( kotak segi empat). Hasil tenunan sembalin ini sudah dapat memesuki pangsa pasar nasional.
Adapun peralata tenun tradisional atau perabot sesek ini adalah :
- 1. Jajak : kerangka utama peralatan tenun yang terbuat dari kayu prabu
- 2. Ban Jajak : rangka tempat berpegangannya alat lain yang lebih kecil, terbuat dari kayu prabu
- 3. Stek : kayu anak ban jajak yang terbuat dari galih kayu kunyit, panjangnya kurang lebih 1,33 cm
- 4. Lidi : kayu lempengan penjanggal benang, yang terbuat dari birisa pelepah kelapa
- 5. Peggolong : penjanga benang yang lebih besar dari lidi
- 6. Sanak : penjanggal stek yang terbuat dari besi kuningan, gunanya untuk menimbulkan bunyi atau suara tok,tok,tok
- 7. Pengurun : penjanggel jarak irisan benang, yang terbuat dari kayu cemara atau kayu joed, panjangnya kurang lebih 100 cm
- 8. Beelida : alat pemadu alat tenunan benang, yang berbenuk senjata pemukul,terbuat dari galih kayu cemara atau galih bageq (pohon asam) panjangnya kurang lebih 80 cm
- 9. Suri : alat untuk memasukkan benang kedalam ikatan tenunan, setelah rane benang atau penit digerakkan. Alat ini terbuat dari bamboo. Suri berbentuk sisir
- 10. Apit julu : penjangal perut (didepan) terbuat dari kayu nangka, dengan panjang kurang lebih 125 cm
- 11. Apit mudi (pinggang): alat penjanggal belakang pada pinggang, terbuat dari kayu nangka dengan panjang kurang lebih 125 cm
- 12. Tali kuran: penjangal pinggang terbuat dari kayu nangka
- 13. Pelenting : alat untuk melilit benang masuk ke turak,terbuat dari tereng (bambu) atau kayu. Pelenting dimasukkan kedalam turak, baru kemudian dimasukan kedalam tenun
- 14. Turak : alat untuk memasukka benang, terbuat dari aura tau bamboo
- 15. Penyuit sui : alat untuk menarik benang yang kusut, terbuat dari bulu landak
- 16. Alit : tali penghubung apit julu dan apit mudi, terbuat dari rotan yang di anyam pepet
- 17. Rane : alat untuk memilih benang terbuat dari kayu nangka
- 18. Ulakan : untuk muyun atau nguyun atau mengulung benang, terbuatdari bamboo
- 19. Peraneq (perane) : apabila benang sudah dirane,kemudia dimasukkan ke dalam suri, dengan menggunakan penyuit suri yang terbuat dari bulu landak. Peraneq, panangnya 55cm-1,5 m sesuai dengan pesanan kain atau selendang, bisa juga mencapai panjang 2 m
- 20. Penggurun benang : pembuat jajak pada benang yang diperaneq. Nguyun yaitu pekerjaan melilit benang pada penggurun
- 21. Pengentiq gurun :alat penjanggal pada peraneq, ktika merane (melilit ragi kain tenunan) terbuat dari kertas
Proses menenun
1. Nguyun : 1 hari2. Ngerane : 1 hari
3. Nyuit dan menggulung : 1 hari
4. Nyesek (menenun) : 7 s/d 12 hari (rata-rata waktu kerja sehari 10-12 jamBegitulah proses pekerjaan menenun pada masyarakat Sembalun, suatu keterampilan tradisional yang diwariskan secara turun temurun, dalam rentang waktu berates-ratus tahun. Bahkan alat tenun yang digunakan masih masih merupakan alat tenun kuno