Tuan Guru Muda (TGM) H. Yahya Ibrahim Saleh al-Madani, atau yang populer disebut Tuan Guru Moyot, lahir di Batusantek, Moyot tahun 1984. Pernah menimba ilmu di Ponpes At-Tohiriyah-Bodak Loteng sekitar tahun 1998.
Tak lama disana, karena jarak satu tahun, yaitu pada tahun tahun 1999, sejarah pendidikan Yahya Saleh Ibrahim, langsung hijrah ke Ponpes Darussalam. Lawang, - Jawa Timur. Tiga tahun kemudian, (2001) barulah beliau ke Makkah dan tinggal di kediaman Syeikh Muh.Ismail Bin Zain Al Yamani.
Sekitar 7 (tujuh) tahun di tanah suci, maka sekitar tahun 2007, Yahya Ibrahim pulang kampung untuk mengamalkan ilmunya dan membangun pondok pesantren bersama ayahanda tercinta, H. Muh Saleh Yahya.
H.Muh.Saleh Yahya, adalah salah satu tokoh langka yang mendapatkan gelar kehormatan sebagai Doktor Honoris Causa (DR. Hc) dengan gelar yang langsung diterimanya dari Pemerintah Republik Indonesia di Istana Negara.
Gelar tersebut hanya bisa diterima karena adanya pernghargaan atas karya-karya putra bangsa dalam kiprahnya membangun potensi diri, SDM dan SDA di Daerah. Serta salahsatu yang mendapatkannya di Lombok Timur adalah ayah dari TGm. H. Yahya Ibrahim Saleh al-Madani.
Dari arah pertamina, akan terlihat papan identitas atau gapura pondok pesantren yang bisa dijangkau dari jalan raya Soekarno Hatta, Sakra – Pancor. Di Pinggir jalan, dibawah gapura terdapat jalan ke areal Ponpes ini dengan jarak dari gapura, sekitar 100 meter, masuk ke dalam.
Pondok Pesantren ini lengkap, mengelola RA/TK, MI/SD, MTs/SMP Islam dan MA dengan jurusan Bahasa, IPS dan IPA. Jurusan Bahasa mengembangkan bahasa Indonesia, Sasak, Inggris dan Arab. Setiap tahun, pondok pesantern ini mendidik sampai 545 orang santri/santriwati dengan guru sejumlah 59 orang.
Aktif menyelenggarakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berorientasi Imtaq dan Iptek. Guna memberikan kesempatan kepada santri/santriwati mengembangkan minat dan bakatnya, Yadaro membuka ruang kegiatan ekstrakulikuler berupa Pramuka, PMR, drumband, musik, futsal, volley, sepak bola, seni tari, kasidah dan pencak silat.
Semua kegiatan tersebut dirasakan sangat mendukung potensi pengembangan diri santri, hingga di masa depan bisa melahirkan generasi yang berguna. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Yadaro diantaranya juara III Lomba Pidato Bahasa Arab/Inggris yang diadakan dalam rangka HUT Kemenag Lombok Timur, dan sebagainya.
Para alumninya juga yang sudah diterima tanpa tes untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Timur Tengah dan Pulau Jawa. Alumni tersebut adalah alumni ke 2 MA Yadaro atas nama Ahya Ul Azmi Bin Ajma’ul dari gubuk Bumbung Masbagik Utara.
Selain putra masbagik tersebut, banyak pula santri/santriwati berprestasi yang bisa melanjutkan ke Universitas Jami’atul Islamiyah Madinah. Sebagian dari mereka ada yang ke Jawa.
Soal pergaulan, ia tak sungkan bergaul dengan watak bagaimanapun. Makanya, bertemu dengannya, akan menemukan beragam karakter yang berguru padanya. Satu tujuannya, untuk pengayoman.
Para jamaah mengakuinya, bahwa keterbukaan Tuan Guru Moyot dalam mengayomi segala karakter memiliki banyak tujuan, diantarnya perlahan, untuk kembali kepada fitrah kehidupan atau bahasa sejenis soal agama.
Hanya satu yang mungkin tak ia sukai. Pejabat atau pemimpin yang menyengsarakan rakyatnya. Sehingga wajar, pihaknya seringkali memperjuangkan pemimpin yang baik atau ikut terjun mendukung salah satu pasanngan calon (mz)
Tak lama disana, karena jarak satu tahun, yaitu pada tahun tahun 1999, sejarah pendidikan Yahya Saleh Ibrahim, langsung hijrah ke Ponpes Darussalam. Lawang, - Jawa Timur. Tiga tahun kemudian, (2001) barulah beliau ke Makkah dan tinggal di kediaman Syeikh Muh.Ismail Bin Zain Al Yamani.
Tuan Guru Moyot di Madinah
Beliau kemudian diserahkan kepada Syeikh Ahmad Jauhari sebagai orang tua asuhnya. Oleh Syeikh Ahmad Jauhari, Yahya Saleh Ibrahim memasuki Madrasah binaan Al Habib Zainal Abidin Bin Zain Bin Ibrahim Bin Smith, yaitu Madrasah Diniyah Khairi Al Jufri Hayyul Bahar Madinatul Munawarah, sebuah Madrasah Ahlussunnah Wal jama’ah.Sekitar 7 (tujuh) tahun di tanah suci, maka sekitar tahun 2007, Yahya Ibrahim pulang kampung untuk mengamalkan ilmunya dan membangun pondok pesantren bersama ayahanda tercinta, H. Muh Saleh Yahya.
H.Muh.Saleh Yahya, adalah salah satu tokoh langka yang mendapatkan gelar kehormatan sebagai Doktor Honoris Causa (DR. Hc) dengan gelar yang langsung diterimanya dari Pemerintah Republik Indonesia di Istana Negara.
Gelar tersebut hanya bisa diterima karena adanya pernghargaan atas karya-karya putra bangsa dalam kiprahnya membangun potensi diri, SDM dan SDA di Daerah. Serta salahsatu yang mendapatkannya di Lombok Timur adalah ayah dari TGm. H. Yahya Ibrahim Saleh al-Madani.
Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Al-Kubro (Yadaro)
Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Al-Kubro (Yadaro) adalah salah satu pondok pesantren yang terletak di Desa Moyot, Kecamatan Sakra. Menuju Madrasah ini, cukup mengetahui posisi Pertamina atau SPBU Moyot, SakraDari arah pertamina, akan terlihat papan identitas atau gapura pondok pesantren yang bisa dijangkau dari jalan raya Soekarno Hatta, Sakra – Pancor. Di Pinggir jalan, dibawah gapura terdapat jalan ke areal Ponpes ini dengan jarak dari gapura, sekitar 100 meter, masuk ke dalam.
Pondok Pesantren ini lengkap, mengelola RA/TK, MI/SD, MTs/SMP Islam dan MA dengan jurusan Bahasa, IPS dan IPA. Jurusan Bahasa mengembangkan bahasa Indonesia, Sasak, Inggris dan Arab. Setiap tahun, pondok pesantern ini mendidik sampai 545 orang santri/santriwati dengan guru sejumlah 59 orang.
Aktif menyelenggarakan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berorientasi Imtaq dan Iptek. Guna memberikan kesempatan kepada santri/santriwati mengembangkan minat dan bakatnya, Yadaro membuka ruang kegiatan ekstrakulikuler berupa Pramuka, PMR, drumband, musik, futsal, volley, sepak bola, seni tari, kasidah dan pencak silat.
Semua kegiatan tersebut dirasakan sangat mendukung potensi pengembangan diri santri, hingga di masa depan bisa melahirkan generasi yang berguna. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Yadaro diantaranya juara III Lomba Pidato Bahasa Arab/Inggris yang diadakan dalam rangka HUT Kemenag Lombok Timur, dan sebagainya.
Para alumninya juga yang sudah diterima tanpa tes untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Timur Tengah dan Pulau Jawa. Alumni tersebut adalah alumni ke 2 MA Yadaro atas nama Ahya Ul Azmi Bin Ajma’ul dari gubuk Bumbung Masbagik Utara.
Selain putra masbagik tersebut, banyak pula santri/santriwati berprestasi yang bisa melanjutkan ke Universitas Jami’atul Islamiyah Madinah. Sebagian dari mereka ada yang ke Jawa.
Tuan Guru Multi Pengayoman
Tuan Guru Moyot, banyak yang menyebutnya tuan guru gaul. Itu tak terlepas karena beragam keahlian yang dimilikinya. Dari Bidang olahraga sampai teologi. Saking banyaknya, redaksi tak bisa menyebutnya satu persatu.Soal pergaulan, ia tak sungkan bergaul dengan watak bagaimanapun. Makanya, bertemu dengannya, akan menemukan beragam karakter yang berguru padanya. Satu tujuannya, untuk pengayoman.
Para jamaah mengakuinya, bahwa keterbukaan Tuan Guru Moyot dalam mengayomi segala karakter memiliki banyak tujuan, diantarnya perlahan, untuk kembali kepada fitrah kehidupan atau bahasa sejenis soal agama.
Hanya satu yang mungkin tak ia sukai. Pejabat atau pemimpin yang menyengsarakan rakyatnya. Sehingga wajar, pihaknya seringkali memperjuangkan pemimpin yang baik atau ikut terjun mendukung salah satu pasanngan calon (mz)