Jauhi Pacaran, Petuah Untuk Remaja dari Ibu Wiwik

Memori Rintisan Jurnalistik MAN Selong. Rabu hari itu 13/07/2011, namun malam kamis sebutannya bagi bahasa kota tercintaku Kelayu Presak. Decak kagum mengawali aktivitas pengembangan diriku sebuah agenda liputan untuk ke SMK yang lumayan ternama dan bergengsi di Kabupaten Lombok Timur.

Jurnalis MAN Selong : Santun Utami*

SMK Kesehatan, itulah prioritas jurusan dari SMK itu yang saat itu menjadi objek liputanku malam itu.  Yah! daripada pergi kencan, lebih bermanfaat rasanya aku belajar untuk proses pendewasaan diriku, begitu ujarku dalam hatiku. Selanjutnya pesanku untuk pembaca, beri aku bimbingan ya! Bukan cemoohan.

SMK Kesehatan NW Teros, itulah nama lengkap dari sekolah ini, sebuah sekolah yang menurut info dari beberapa orang yang mengetahuinya merupakan sekolah yang orientasi kejuruannya di bidang kesehatan. Kesehatan bagiku sangat penting tiada yang lebih penting dari sebuah kesehatan, bukan hanya untuk tubuh kita, jiwa kita pun mesti sehat. Kedatanganku malam itu bertepatan dengan jadwal penutupan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS).

Baca Juga : Sekolah Adiwiyata, Sekolah Sehat untuk Generasi Berkah

Kegiatan MOS di SMK ini telah berlangsung selama 3 hari sejak Senin 11/07/2011. Pengalaman dari hasil liputanku malam itu sangat banyak, diantaranya yang paling berkesan adalah ketika aku berhasil mewawancarai guru yang mengabdi disana, Wiwik Harianti, S.Km itulah nama guru ini, dari hasil wawancara aku bisa tau bagaimana seharusnya orang yang memiliki profesi di dunia kesehatan, ada nilai disiplin dari hasil penjelasannya.

“Seorang perawat maupun seorang dokter harus disiplin dalam memperhatikan waktu, karena dia bertugas untuk menyelamatkan jiwa seseorang, jika telat sedikit saja dalam melaksankan tugasnya sebagai seorang dokter maka jiwa seseorang bisa melayang” demikian ucapnya. Yah bagiku bukan hanya perawat saja yang mesti seperti itu, semua profesipun harus demikian, harus bisa disiplin.

Terbimbing juga rasanya aku, beragam pertanyaanpun aku lontarkan, sampai ku tanyakan apa pesannya untuk remaja sebagai generasi bangsa, dengan lugas seolah beliu terlihat sudah mempersiapkan pesannya sebelum aku bertanya, “jauhi pacaran, jauhi pergaulan bebas, jauhi narkoba dan juga kenali dampak dari semua itu” ya ! hanya itu yang bisa ku ingat.

Sebenarnya banyak sekali, tapi sekali lagi hanya itu yang bisa ku ingat, maklum kami belum punya perekam. Ada yang mau tidak? hibbahkan alat itu untuk kami, , he..he..! Bermanfaat kok, senyum aja sedekah apalagi memberi motivasi untuk sesama.

Baca Juga : Karya Putra-Putri SMP DH Di Lounching

Usai wawancara, kami menunggu kapan acara penutupan itu dimulai, maaf ya kesan kami saat itu agak molor, tapi akhirnya kami mengerti bahwa ada yang ditunggu. Selang beberapa menit dari penungguan kami, upacara pun dimulai, kami pun bereaksi untuk meliput jalannya acara, yang paling mengesankan saat itu kami meliputnya bersama profesi wartawan yang kami sebut da’i otodidak bagi proses pengembangan diri kami, ya wartawan yang menjalani aktivitas jurnalis.

Jurnalis bagi kami adalah sebuah kompetinsi yang harus dimiliki oleh semua profesi termasuk profesi kesehatan sebagai orientasi bagi sahabat-sahabat yang ada di SMK Kesehatan NW Teros, begitu juga bagi cita-citaku yang ingin menjadi entertainer atau pengusaha, mesti memiliki sifat jurnalis.

Sifat jurnalis pada versi kompetinsi yang meliputi kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan, artinya apapun cita-cita dan profesi kita kelak, kita harus berinovasi untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan sebagai sebuah kompetinsi pengabdian untuk agama dan bangsa ini.

Baca Juga : Inspirasi Kreatif Alumni MAN Selong di Simpang Tiga

Aplikasi dari terbiasanya kita dalam kompetinsi ini juga akan menghasilkan bagaimana mencari apa yang diperintahkan Allah SWT sebagai pencipta kita supaya kita bisa menjalankannya serta belajar mengenal larangannya untuk kewajiban kita meninggalkannya. Singkatnya semoga kita mampu mengenal jati diri yang sesungguhnya dengan menetapkan mision syahadat untuk tujuan hidup seperti yang kita baca di Tabloid linklove yang disarikan dari tulisannya Ary Ginanjar di buku ESQ.(Wallahuaa’lam).

*Tulisan ini adalah memori Liputan Ekstrakurikuler Jurnalistik MAN Selong Tahun 2011. Ditulis oleh Santun Utami. Diedit seperlunya.